Sabtu, 09 Februari 2013

Wisata Exotic Gili Trawangan dan Lombok


It was an unpredictable trip that I’ve taken. Yup, liburan semester 5 ini aku lewati bersama orang-orang tercinta di pulau yang sungguh eksotis. Sekitar pukul 6 pagi pada hari jumat cerah tanggal 25 januari 2013, mas yoga atau aku juluki “beruang kutub” menelponku dan menawarkan tiket gratis menuju Lombok. Spontan aku pun menerimanya karena pulau tersebut sudah tak diragukan lagi keindahannya. Akan tetapi, tak mau kalah ayahku pun memintaku untuk membeli tiket menuju Lombok juga. Lalu aku pun menawarkan kepada Nina Baumann, Interns dari Jerman yang tinggal di rumahku (I’m as her host family). Dia pun menerima tawaranku dan meminta ijin kepada Ibu Agnes untuk berlibur di Pulau Lombok.
Jam 3 pagi tanggal 26 Januari, kita sudah bergegas menuju Juanda Airport. Setibanya disana kami check in dan take off pukul 6 pagi. Perjalanan menuju Bandara Internasional Lombok kita tempuh selama kurang lebih 1 jam. Setibanya disana, aku dijemput oleh mas yoga. Lalu kita had a breakfast di rumah makan dekat airport. Menu rawon khas Indonesia tercium baunya. Hmm yummy…

Setelah puas menyantap makanan, mas yoga, mas driver, ayah, nina, dan aku langsung menuju Pantai Kuta Lombok. Waoooo… It’s a nice beach! Sontak aku mengeluarkan kamera digital dan memulai beraksi memotret kesana-kemari. Meski cuaca agak mendung tak menyurutkan keinginanku dan Nina untuk bermain pasir bersama deburan ombak.
  
Tak hanya pantai Kuta Lombok saja yang memiliki keindahan, melainkan pesona pantai Tanjungan An telah menarik perhatianku. It’s the most beautiful beach! Yup, keindahannya tak tertandingi oleh pantai lain yang pernah aku kunjungi. Batu karang, rumput hijau, bukit diatas pantai, pasir yang putih, dan air laut biru yang jernih. Angin sepoi-sepoi menemaniku menikmati keindahan pantai dan hidangan buah kelapa muda yang tak kalah segarnya. Subhanallah…..  
Setelah itu aku pun mengunjungi rumah teman sekolah ayahku sewaktu di STM Bangunan Air yaitu daerah Aidelweis Raya Kota Mataram. Beliau bernama Pak Nugroho. Tak kusangka ternyata Om Nug merupakan teman proyek Pak Dwi (Ketua Jurusan Teknik Pengairan UB). Wah dunia memang sempit sekali. Sambutan hangat dari keluarga menambah kian akrabnya hubungan silaturrohmi. Makan siang dengan plecing kangkung dan plecing ikan khas Lombok sangat aku suka.
Sore harinya kita pun mencari tiket kepulangan untuk hari selasa jam 6 pagi tanggal 29 Februari. Perjalanan berlanjut menuju Bukit Senggigi atau biasa disebut Malimbu. Di sepanjang perjalanan kami melihat paparan pantai yang sungguh indah. Kami pun tak ingin melewatkan sesi berfoto bersama di bukit tersebut. 
Saatnya menuju Gili Trawangan!!! Yup, kita pun menaiki boat dari bangsal dan bermalam di Gili Trawangan. Gili Trawangan adalah pulau yang terbesar dari pulau-pulau kecil atau gili (Gili Meno dan Gili Air) yang terdapat di sebelah barat laut Lombok. Sesampainya disana kami berjalan kaki menuju Bungalo untuk menaruh barang-barang. Harga per malam di bungalo adalah Rp. 250.000 per kamar. Kami pun memesan 2 kamar untuk beristirahat. Waoo, it’s the most beautiful place in Lombok. Tak heran banyak turis mancanegara bermalam di tempat tersebut. Aku pun serasa menjadi turis karena memang mayoritas orang-orang di sana adalah turis Luar Negeri, mulai dari muka oriental (jepang, cina, korea) sampai muka kebarat-baratan (Eropa, Amerika).
Bagi yang berada di Gili Trawangan sayang sekali kalau melewatkan melihat sunset. Indeed! Kami pun bergegas menuju pinggir pantai menantikan matahari terbenam dengan menaiki Cidomo (Cikar, Dokar, Motor). Sarana transportasi yang lazim digunakan di tempat tersebut adalah sepeda yang disewakan oleh masyarakat setempat untuk para wisatawan dan cidomo, kereta kuda sederhana yang umum dijumpai di Lombok. 
Saatnya dinner..... Makan malam di pinggir pantai dengan capjai, bakmie, dan teh hangat dan ditemani alunan live music kian membuat suasana semakin romantis. Apalagi dengan orang-orang special. Hehehehe... Tak terasa waktu menunjukkan pukul 11 malam, kami pun menuju bungalow untuk beristirahat.
Pagi hari udara sejuk dan deburan ombak kurasakan. Saatnya bersiap untuk breakfast dengan pisang bakar dan cappuccino. Tepat pukul 9 pagi kami check out dari bungalow rumah sasak.

Nah, ini lah saat-saat yang aku tunggu yaitu melihat keindahan beraneka ragam hayati di bawah laut di Laut Gili. Untuk bepergian ke dan dari ketiga gili itu, penduduk biasanya menggunakan kapal bermotor dan speedboat. Aktivitas yang populer dilakukan para wisatawan di Trawangan adalah scuba diving, snorkeling (di pantai sebelah timur laut), bermain banana boat, dan berselancar.
Kapal yang kami naiki pun berhenti di tengah laut dengan maksud untuk melihat keindahan laut di sekitar Gili. Nina pun tak ingin melewatkannya dengan malakukan snorkeling. Harga boat secara privat yaitu 100.000 per orang. Sedangkan harga peralatan snorkeling 55.000 per orang. Sesampainya di Gili Mino, kami pun menaiki kapal boat untuk kembali ke bangsal.
Sesampainya di Bangsal kami pun dijemput oleh driver mas yoga menuju rumah eyang mas yoga. Kami pun disambut hangat oleh eyang, Om Haryo, dan Ibu mas yoga. Makan siang bersama dengan ayam goreng, ikan goreng, sate sasak, dan desert pudding dengan obrolan menambah kian akrabnya jalinan silaturohmi. Untuk kedua kalinya aku mengatakan dunia memang sempit. Karena Om Haryo merupakan alumni teknik pengairan UB dan satu angkatan dengan kedua dosenku yaitu Pak Donny dan Pak Prima. Wah-wah sungguh related sekali dengan jurusanku.
Daerah selanjutnya yang kami kunjungi adalah pusat oleh-oleh mutiara. Disana harga perhiasan mutiara seperti cincin, gelang, kalung, hingga bross sangat terjangkau. Mulai dari harga 10 ribu hingga berjuta-juta. Aku pun mulai berburu oleh-oleh untuk teman-temanku. Setelah puas hunting oleh-oleh perhiasan, kaos, dan pernak-pernik lainnya, kami pun menuju Hotel Mataram yang terletak di pusat kota. Harga 1 malam hotel tersebut dengan double bad sejumlah 250.000 rupiah.
Akhirnya sampai juga di kamar nomor 9. Aku pun bergegas untuk mandi dan Solat. Sambil menunggu kedatangan mas yoga, aku pun menggunakan fasilitas wifi di hotel mataram. Om Nugroho dan Mas Yoga pun mengajak kami untuk dinner. Sebelumnya kami mengantar Nina untuk membeli Post Card Lombok untuk diberikan kepada teman-temannya yang berada di Jerman. Hal yang konyol adalah aku menanyakan harga kepada penjual di mall mataram dengan bahasa inggris, “How much it cost?”. Penjual tersebut pun terheran-heran mendengarku, dan aku pun baru menyadari bahwa aku menggunakan bahasa inggris. Om Nugroho pun tertawa mendengarku. Sungguh konyol sekali kejadian itu.
Alhamdulillah, akhirnya kenyang juga. Aku pun kembali menuju hotel mataram untuk beristirahat dan merencanakan wisata keesokan harinya menuju Gunung Rinjani. Entah mengapa malam itu aku tidak bisa tidur nyenyak. Tapi aku mencoba memejamkan mata.
Pagi hari yang cerah, aku bersama ayah dan Nina berencana menuju Gunung Rinjani bersama driver mas yoga. Akan tetapi, mas yoga tidak dapat menemani kami dikarenakan hari senin adalah hari efektif untuk bekerja. Gunung rinjani adalah gunung tertinggi kedua di Indonesia. Sayangnya kami tidak dapat menuju gunung tersebut dikarenakan jembatan rusak sehingga akses menuju tempat tersebut putus. Akhirnya kami memutuskan untuk menuju kaki gunung rinjani yaitu Sendang Gile Waterfall dan Tiu Kelep Waterfall.
Perjalanan menuju air terjun Sendang Gile dan Tiu Kelep menghabiskan waktu 3 jam menggunakan mobil. Aku pu menikmati perjalanan yang cukup lama dengan melihat pemandangan alam yang indah dan ditemani alunan musik klasik favoriteku. Sejenak aku tertidur di dalam mobil. Tiba-tiba mobil yang aku tumpangi tersendat ketika ada di belokan dan tanjakan akibat salah mengambil gigi. Sontak aku pun terbangun dari tidurku. Ayahku pun mencari batu untuk mengganjal mobil. Akan tetapi, mobil innova yang kami tumpangi akhirnya dapat berjalan lagi. Kami pun melanjutkan perjalanan.
Akhirnya sampai juga. Kami menuju ruang pembelian tiket dan Guide. Harga jasa Guide berjumlah 100.000 rupiah. Setelah mendengar penjelasan dari guide kami pun berjalan kaki menuju air terjun tersebut. Kami menempuh 10 menit dari pintu gerbang menuju air terjun Sendang Gile. Woooowww,, tinggi sekali air terjun tersebut. Kami pun tak ingin ketinggalan untuk berfoto dan menikmati dinginnya air terjun tersebut. Hujan pun melengkapi perjalanan kami, sehingga kami memutuskan untuk berteduh di pondok dekat air terjun tersebut.
Sambil menunggu hujan reda, kami menikmati hijaunya pepohonan alam itu. Nah, saatnya yang kami tunggu tiba! Yup, jungle adventure merupakan hal yang tak terlewatkan ketika melakukan perjalanan menuju Air Terjun Tiu Kelep. Bebatuan, sungai, hingga terowongan kami lewati untuk menuju air terjun tersebut. Tak peduli adanya hujan, kami menghabiskan waktu 20 menit menuju tempat tersebut. Wowwww,,, Untuk kesekian kalinya aku mengucapkan Subhanallah.. Sungguh indah sekali ciptaan Allah. Aku pun mendekati air terjun tersebut tak peduli hingga basah kuyub. Dengan mengambil air wudhu aku mengucapkan syukur Alhamdulillah dapat menikmati ciptaanNya. 
Setelah puas dengan gerojokan air yang dingin di Tiu Kelep Waterfall, kami pun kembali ke pintu gerbang. Perjalanan yang cukup melelahkan dan menyenangkan. Meskipun kaki aku tergores akibat menggunakan sepatu karet tetapi tak menyurutkan niatku untuk menghentikan petualangan di hutan.
Sesampainya di mobil perutku mulai berdendang alias lapar. Akhirnya kami menuju pantai senggigi untuk membeli ikan bakar. Harga ikan bakar di pinggir pantai tersebut yaitu 20ribu per ekor. Puas menikmati santapan makan siang, kami pun menuju hotel mataram untuk membersihkan diri. Malam harinya kami menuju rumah Om Nugroho untuk berpamitan menuju malang karena pesawat kami akan lepas landas pukul 6 pagi.
Seperti tak ingin meninggalkan pulau yang exotic ini, aku pun menitikkan air mata di taksi saat menuju rumah Om Nugroho. Disana kami berbincang-bincang ditemani dengan makanan ringan dan teh hangat yang semakin menghangatkan suasana. Hari itu adalah malam terakhir di Kota Mataram. Om Nugroho memberikan oleh-oleh khas Lombok yaitu 1 kardus dodol rumput laut dan Mama mas yoga memberikan 1 keranjang telor asin. Sedih rasanya di hari terakhir itu.
Kami pun kembali menuju hotel mataram. Lagi-lagi aku susah untuk tidur dan mungkin hanya memejamkan mata saja. Pagi harinya aku pun bersiap-siap untuk menuju bandara. Akibat pakaian yang basah dan kotor semua, aku pun memutuskan untuk memakai pakaian tidur menuju bandara. Sampai-sampai pramugari di pesawat mengiraku berumur dibawah tujuh  belas tahun -.-“ Malu untuk kedua kalinya.
Good Bye Lombok. Aku akan selalu merindukan pulau yang indah itu. Terimakasih untuk keluarga Mas Yoga. Meskipun tanpa rencana, perjalanan keliling Lombok Utara, Lombok Barat, hingga Lombok Tengah selama 4 hari 3 malam sungguh indah dan memuaskan.

4 komentar:

  1. I met her, Miss Nina Baumann on the train from malang to jogjakarta, Februari 9th 2013. umur berapa ya miss Nina ????

    BalasHapus
  2. Wahh kebetulan sekali ya..
    She is 23 years old.. She likes travelling so much :)

    BalasHapus
  3. wah jik kewut aku, hahahaha.....
    she's sit beside me. There's nothing we talk about. Coz my english not so well...actually there's so much i want to ask her.....
    In which city she came from and how long will stay in Indonesia?

    BalasHapus
  4. Hehehe.. Just try to talk with her.. Actually I'm not really expert to speak english..
    She is from germany, but she studied in communication science in holland.. She has been staying in my home for 2 months.. Then she will go to Bali..

    BalasHapus