It
was an unpredictable trip that I’ve taken. Yup, liburan semester 5 ini aku lewati bersama
orang-orang tercinta di pulau yang sungguh eksotis. Sekitar pukul 6 pagi pada
hari jumat cerah tanggal 25 januari 2013, mas yoga atau aku juluki “beruang kutub”
menelponku dan menawarkan tiket gratis menuju Lombok. Spontan aku pun
menerimanya karena pulau tersebut sudah tak diragukan lagi keindahannya. Akan
tetapi, tak mau kalah ayahku pun memintaku untuk membeli tiket menuju Lombok
juga. Lalu aku pun menawarkan kepada Nina Baumann, Interns dari Jerman yang
tinggal di rumahku (I’m as her host
family). Dia pun menerima tawaranku dan meminta ijin kepada Ibu Agnes untuk
berlibur di Pulau Lombok.
Jam 3 pagi tanggal 26 Januari, kita
sudah bergegas menuju Juanda Airport. Setibanya disana kami check in dan take
off pukul 6 pagi. Perjalanan menuju Bandara Internasional Lombok kita tempuh
selama kurang lebih 1 jam. Setibanya disana, aku dijemput oleh mas yoga. Lalu
kita had a breakfast di rumah makan
dekat airport. Menu rawon khas Indonesia tercium baunya. Hmm yummy…
Setelah puas menyantap makanan, mas
yoga, mas driver, ayah, nina, dan aku langsung menuju Pantai Kuta Lombok.
Waoooo… It’s a nice beach! Sontak aku
mengeluarkan kamera digital dan memulai beraksi memotret kesana-kemari. Meski
cuaca agak mendung tak menyurutkan keinginanku dan Nina untuk bermain pasir
bersama deburan ombak.
Tak hanya pantai Kuta Lombok saja yang
memiliki keindahan, melainkan pesona pantai Tanjungan An telah menarik
perhatianku. It’s the most beautiful
beach! Yup, keindahannya tak tertandingi oleh pantai lain yang pernah aku
kunjungi. Batu karang, rumput hijau, bukit diatas pantai, pasir yang putih, dan
air laut biru yang jernih. Angin sepoi-sepoi menemaniku menikmati keindahan
pantai dan hidangan buah kelapa muda yang tak kalah segarnya.
Subhanallah…..
Setelah itu aku pun mengunjungi rumah
teman sekolah ayahku sewaktu di STM Bangunan Air yaitu daerah Aidelweis Raya
Kota Mataram. Beliau bernama Pak Nugroho. Tak kusangka ternyata Om Nug
merupakan teman proyek Pak Dwi (Ketua Jurusan Teknik Pengairan UB). Wah dunia
memang sempit sekali. Sambutan hangat dari keluarga menambah kian akrabnya
hubungan silaturrohmi. Makan siang dengan plecing kangkung dan plecing ikan khas
Lombok sangat aku suka.
Sore harinya kita pun mencari tiket kepulangan
untuk hari selasa jam 6 pagi tanggal 29 Februari. Perjalanan berlanjut menuju
Bukit Senggigi atau biasa disebut Malimbu. Di sepanjang perjalanan kami melihat
paparan pantai yang sungguh indah. Kami pun tak ingin melewatkan sesi berfoto
bersama di bukit tersebut.
Saatnya menuju Gili
Trawangan!!! Yup, kita pun menaiki boat dari
bangsal dan bermalam di Gili Trawangan. Gili
Trawangan adalah pulau yang terbesar dari pulau-pulau kecil atau gili (Gili Meno dan Gili Air) yang
terdapat di sebelah barat laut Lombok.
Sesampainya disana kami berjalan kaki menuju Bungalo untuk menaruh
barang-barang. Harga per malam di bungalo adalah Rp. 250.000 per kamar. Kami
pun memesan 2 kamar untuk beristirahat. Waoo,
it’s the most beautiful place in Lombok. Tak heran banyak turis mancanegara
bermalam di tempat tersebut. Aku pun serasa menjadi turis karena memang mayoritas
orang-orang di sana adalah turis Luar Negeri, mulai dari muka oriental (jepang,
cina, korea) sampai muka kebarat-baratan (Eropa, Amerika).
Bagi yang berada di Gili Trawangan
sayang sekali kalau melewatkan melihat sunset. Indeed! Kami pun bergegas menuju pinggir pantai menantikan matahari
terbenam dengan menaiki Cidomo (Cikar, Dokar, Motor). Sarana transportasi yang
lazim digunakan di tempat tersebut adalah sepeda yang disewakan oleh masyarakat
setempat untuk para wisatawan dan cidomo,
kereta kuda sederhana yang umum dijumpai di Lombok.
Saatnya dinner..... Makan
malam di pinggir pantai dengan capjai, bakmie, dan teh hangat dan ditemani
alunan live music kian membuat
suasana semakin romantis. Apalagi dengan orang-orang special. Hehehehe... Tak
terasa waktu menunjukkan pukul 11 malam, kami pun menuju bungalow untuk
beristirahat.
Pagi hari udara sejuk dan
deburan ombak kurasakan. Saatnya bersiap untuk breakfast dengan pisang bakar dan cappuccino. Tepat pukul 9 pagi kami check out dari bungalow rumah sasak.
Nah, ini lah saat-saat yang aku tunggu yaitu melihat
keindahan beraneka ragam hayati di bawah laut di Laut Gili. Untuk bepergian ke
dan dari ketiga gili itu, penduduk biasanya menggunakan kapal bermotor
dan speedboat. Aktivitas yang populer dilakukan para wisatawan di
Trawangan adalah scuba diving, snorkeling (di pantai sebelah timur laut),
bermain banana boat, dan berselancar.
Kapal yang kami naiki pun
berhenti di tengah laut dengan maksud untuk melihat keindahan laut di sekitar
Gili. Nina pun tak ingin melewatkannya dengan malakukan snorkeling. Harga boat
secara privat yaitu 100.000 per orang. Sedangkan harga peralatan snorkeling
55.000 per orang. Sesampainya di Gili Mino, kami pun menaiki kapal boat untuk
kembali ke bangsal.
Sesampainya di Bangsal
kami pun dijemput oleh driver mas yoga menuju rumah eyang mas yoga. Kami pun
disambut hangat oleh eyang, Om Haryo, dan Ibu mas yoga. Makan siang bersama
dengan ayam goreng, ikan goreng, sate sasak, dan desert pudding dengan obrolan
menambah kian akrabnya jalinan silaturohmi. Untuk kedua kalinya aku mengatakan
dunia memang sempit. Karena Om Haryo merupakan alumni teknik pengairan UB dan
satu angkatan dengan kedua dosenku yaitu Pak Donny dan Pak Prima. Wah-wah
sungguh related sekali dengan jurusanku.
Daerah selanjutnya yang
kami kunjungi adalah pusat oleh-oleh mutiara. Disana harga perhiasan mutiara
seperti cincin, gelang, kalung, hingga bross sangat terjangkau. Mulai dari
harga 10 ribu hingga berjuta-juta. Aku pun mulai berburu oleh-oleh untuk
teman-temanku. Setelah puas hunting oleh-oleh perhiasan, kaos, dan
pernak-pernik lainnya, kami pun menuju Hotel Mataram yang terletak di pusat
kota. Harga 1 malam hotel tersebut dengan double bad sejumlah 250.000 rupiah.
Akhirnya sampai juga di
kamar nomor 9. Aku pun bergegas untuk mandi dan Solat. Sambil menunggu
kedatangan mas yoga, aku pun menggunakan fasilitas wifi di hotel mataram. Om
Nugroho dan Mas Yoga pun mengajak kami untuk dinner. Sebelumnya kami mengantar
Nina untuk membeli Post Card Lombok untuk diberikan kepada teman-temannya yang
berada di Jerman. Hal yang konyol adalah aku menanyakan harga kepada penjual di
mall mataram dengan bahasa inggris, “How
much it cost?”. Penjual tersebut pun terheran-heran mendengarku, dan aku
pun baru menyadari bahwa aku menggunakan bahasa inggris. Om Nugroho pun tertawa
mendengarku. Sungguh konyol sekali kejadian itu.
Alhamdulillah, akhirnya
kenyang juga. Aku pun kembali menuju hotel mataram untuk beristirahat dan
merencanakan wisata keesokan harinya menuju Gunung Rinjani. Entah mengapa malam
itu aku tidak bisa tidur nyenyak. Tapi aku mencoba memejamkan mata.
Pagi hari yang cerah, aku
bersama ayah dan Nina berencana menuju Gunung Rinjani bersama driver mas yoga.
Akan tetapi, mas yoga tidak dapat menemani kami dikarenakan hari senin adalah
hari efektif untuk bekerja. Gunung rinjani adalah gunung tertinggi kedua di
Indonesia. Sayangnya kami tidak dapat menuju gunung tersebut dikarenakan
jembatan rusak sehingga akses menuju tempat tersebut putus. Akhirnya kami
memutuskan untuk menuju kaki gunung rinjani yaitu Sendang Gile Waterfall dan
Tiu Kelep Waterfall.
Perjalanan menuju air
terjun Sendang Gile dan Tiu Kelep menghabiskan waktu 3 jam menggunakan mobil.
Aku pu menikmati perjalanan yang cukup lama dengan melihat pemandangan alam yang
indah dan ditemani alunan musik klasik favoriteku. Sejenak aku tertidur di
dalam mobil. Tiba-tiba mobil yang aku tumpangi tersendat ketika ada di belokan
dan tanjakan akibat salah mengambil gigi. Sontak aku pun terbangun dari
tidurku. Ayahku pun mencari batu untuk mengganjal mobil. Akan tetapi, mobil
innova yang kami tumpangi akhirnya dapat berjalan lagi. Kami pun melanjutkan
perjalanan.
Akhirnya sampai juga.
Kami menuju ruang pembelian tiket dan Guide. Harga jasa Guide berjumlah 100.000
rupiah. Setelah mendengar penjelasan dari guide kami pun berjalan kaki menuju
air terjun tersebut. Kami menempuh 10 menit dari pintu gerbang menuju air
terjun Sendang Gile. Woooowww,, tinggi sekali air terjun tersebut. Kami pun tak
ingin ketinggalan untuk berfoto dan menikmati dinginnya air terjun tersebut.
Hujan pun melengkapi perjalanan kami, sehingga kami memutuskan untuk berteduh
di pondok dekat air terjun tersebut.
Sambil menunggu hujan
reda, kami menikmati hijaunya pepohonan alam itu. Nah, saatnya yang kami tunggu
tiba! Yup, jungle adventure merupakan
hal yang tak terlewatkan ketika melakukan perjalanan menuju Air Terjun Tiu
Kelep. Bebatuan, sungai, hingga terowongan kami lewati untuk menuju air terjun
tersebut. Tak peduli adanya hujan, kami menghabiskan waktu 20 menit menuju
tempat tersebut. Wowwww,,, Untuk kesekian kalinya aku mengucapkan Subhanallah..
Sungguh indah sekali ciptaan Allah. Aku pun mendekati air terjun tersebut tak
peduli hingga basah kuyub. Dengan mengambil air wudhu aku mengucapkan syukur
Alhamdulillah dapat menikmati ciptaanNya.
Setelah puas dengan
gerojokan air yang dingin di Tiu Kelep Waterfall, kami pun kembali ke pintu
gerbang. Perjalanan yang cukup melelahkan dan menyenangkan. Meskipun kaki aku
tergores akibat menggunakan sepatu karet tetapi tak menyurutkan niatku untuk
menghentikan petualangan di hutan.
Sesampainya di mobil
perutku mulai berdendang alias lapar. Akhirnya kami menuju pantai senggigi untuk
membeli ikan bakar. Harga ikan bakar di pinggir pantai tersebut yaitu 20ribu
per ekor. Puas menikmati santapan makan siang, kami pun menuju hotel mataram
untuk membersihkan diri. Malam harinya kami menuju rumah Om Nugroho untuk
berpamitan menuju malang karena pesawat kami akan lepas landas pukul 6 pagi.
Seperti tak ingin
meninggalkan pulau yang exotic ini, aku pun menitikkan air mata di taksi saat
menuju rumah Om Nugroho. Disana kami berbincang-bincang ditemani dengan makanan
ringan dan teh hangat yang semakin menghangatkan suasana. Hari itu adalah malam
terakhir di Kota Mataram. Om Nugroho memberikan oleh-oleh khas Lombok yaitu 1
kardus dodol rumput laut dan Mama mas yoga memberikan 1 keranjang telor asin.
Sedih rasanya di hari terakhir itu.
Kami pun kembali menuju
hotel mataram. Lagi-lagi aku susah untuk tidur dan mungkin hanya memejamkan
mata saja. Pagi harinya aku pun bersiap-siap untuk menuju bandara. Akibat
pakaian yang basah dan kotor semua, aku pun memutuskan untuk memakai pakaian
tidur menuju bandara. Sampai-sampai pramugari di pesawat mengiraku berumur
dibawah tujuh belas tahun -.-“ Malu
untuk kedua kalinya.
Good Bye Lombok. Aku akan
selalu merindukan pulau yang indah itu. Terimakasih untuk keluarga Mas Yoga.
Meskipun tanpa rencana, perjalanan keliling Lombok Utara, Lombok Barat, hingga
Lombok Tengah selama 4 hari 3 malam sungguh indah dan memuaskan.