Belanda merupakan negeri berpenduduk
sekitar 15,8 juta orang dengan luas hanya 41.548 km² dimana sekitar 27 persen
wilayahnya berada di bawah permukaan laut. Hal tersebut menyebabkan Belanda
terus berjuang menaklukan
air layaknya menghalau musuh
dengan melakukan berbagai macam cara untuk mengubah air tersebut menjadi tanah
daratan. Awal mulanya, warga Frisian yang mendiami Belanda melakukan reklamasi
pantai dan membangun apa yang disebut dengan Terpen, bendungan pertama yang
dibangun untuk menghadang air laut utara.
Belanda menerapkan sistem reklamasi lahan melalui
sistem polder yang kompleks untuk mempertahankan wilayah Belanda dari ancaman
banjir dan air pasang. Pendirian Zuiderzee (pembangunan pantai baru,
bendungan, serta pengeringan melalui pompa kincir angin, kanal-kanal, dan polder atau sistem
tata air tertutup) dilakukan untuk memperkuat pembangunan sistem hidrolik
inovatif di negeri Van Oranje tersebut. Oleh karena itu polder dan kincir angin
akhirnya menjadi identik dengan Negeri Belanda.
Polder dan Kincir Angin di Belanda
Negara Belanda merupakan negara yang tak pernah
berhenti berupaya melahirkan inovasi. Perjuangan melawan banjir telah dilakukan
Belanda hampir selama satu milenium. Hal tersebut mengingatkan kita pada
untaian kata yang dilontarkan Rene Descartes, “God created the world, but
the Dutch created Holland”, ujarnya. Filsuf Perancis tersebut mencoba
menggambarkan bagaimana orang Belanda mengeringkan daratan yang digenangi air
agar dapat menjadi permukiman yang layak didiami.
Pertarungan dengan laut tidak selesai
sampai disitu. Suatu pekerjaan konstruksi modern yang jauh lebih besar setelah
Afsluitdijk (pembangunan bendungan pada dua titik yang dipertemukan di tengah
laut) adalah pembangunan bendungan berseri secara berturut-turut yang dinamakan
proyek “Deltawerken”.
Proyek Delta (Delta Works/
Deltawerken)
pembayunsekar.blogspot.com
Proyek Delta dikonstruksi hampir selama 5 dekade
dan menjadi salah satu upaya pembangunan terbesar dalam sejarah peradaban
manusia. American Society of Civil Engineers pun menetapkannya
sebagai salah satu dari tujuh keajaiban
dunia modern.
Terkait dengan pencapaian tersebut, dapat dirasakan bahwa semangat membangun
dan berinovasi Belanda sangat tinggi. Inovasi tersebut merupakan instrumen
utama dalam pembangunan Belanda menjadi sebuah bangsa yang sejahtera secara
ekonomi, kaya akan budaya dan memiliki reputasi tinggi dalam bertoleransi.
Pemerintah Belanda juga melakukan
tindakan preventif dengan mendirikan Water Board yaitu pengawasan terhadap
pengelolaan air di setiap wilayah melalui suatu forum yang mengumpulkan
masyarakat disekitar wilayah untuk membahas pengelolaan air secara demokratis.
Dalam hal ini, terdapat jaminan kebebasan berpendapat dimana penduduk disana
mempunyai posisi yang setara.
Kebebasaan tersebut menjadi pondasi
yang kuat dalam karakter inovatif masyarakat Belanda sehingga melahirkan banyak
kreasi-kreasi besar yang mendapat pengakuan dunia mulai dari karya lukisan dari
Rembrandt yang sangat indah, hingga jam pendulum dan navigasi kapal hasil karya
Cristiaan Huygens. Bahkan bunga Tulip dengan berbagai warna yang menjadi ciri
khas Belanda juga merupakan hasil pengembangan botani para peneliti Belanda
yang membawanya dari kawasan Asia Tengah.
Apa yang ada dibalik bendungan di
Belanda menunjukkan bagaimana proses pembelajaran dan interaksi dengan air
selama bertahun-tahun telah membentuk budaya masyarakat belanda yang terus
gelisah dan berupaya untuk memperbaiki keadaan melalui teknologi konstruksi
bangunan yang semakin canggih. Tidak berhenti sampai disitu karakter inipun
merupakan penjelasan yang logis dari berbagai hasil karya inovatif hasil kreasi
bangsa Belanda yang banyak dinikmati oleh berbagai belahan dunia saat ini.
Untuk itu kita patut mempelajari apa yang terjadi dibalik bendungan Belanda
tidak hanya konstruksi tetapi juga masyarakatnya.